Kupang, FKKNews.Com-Kegiatan belajar dan pendampingan masyarakat (KBPM) UKAW semester genap tahun akademik 20221/2022 telah dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus 2022. Salah satu lokasinya adalah Desa Letbaun Kecamatan Semau Kabupaten Kupang. 10 orang mahasiswa ditempatkan di lokasi tersebut dengan dosen pendamping lapangan (DPL), Dr. Beatrix M. Rehatta, S.Pi., M.Si (Dosen FPIK UKAW).
KBPM ini diawali dengan pemetaan potensi dan permasalahannya di desa yang dilakukan oleh mahasiswa KBPM dan DPL. Dari hasil pemetaan diketahui bahwa rumput laut merupakan salah satu potensi unggulan selain ekowisata pantai di Desa Letbaun. Rumput Laut jenis Eucheuma Cottonii merupakan potensi di desa Letbaun, yang berperan penting dalam perekonomian masyarakat.
Usaha budidaya rumput laut di Perairan Letbaun telah dilakukan oleh 2 kelompok pembudidaya yang merupakan masyarakat setempat yaitu kelompok tani “Bahamsalit” dan Kelompok “Medo”. Hasil diskusi bersama kelompok pembudidaya diketahui bahwa usaha budidaya rumput laut dilakukan dengan menggunakan metode sederhana yang dipelajari secara otodidak dan telah dilakukan secara turun-temurun. Permasalahan yang sering ditemui di lapangan adalah harga jual rumput laut yang tidak stabil. Rumput laut juga masih sebatas dijual dalam bentuk rumput laut kering dan belum dalam bentuk olahan. Hal ini menyebabkan nilai tambah yang dihasilkan oleh produk rumput laut cenderung rendah. Kondisi tersebut memerlukan perhatian dari berbagai pihak, khususnya Universitas Kristen Artha Wacana sebagai wujud pengabdian pada masyarakat.
Beatrix menjelaskan, salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah produk rumput laut di Desa Letbaun adalah melalui “Program Diversifikasi Produk Olahan Rumput Laut”. Rumput laut jenis Eucheuma Cottoni dapat diolah menjadi berbagai olahan makanan, antara lain: stik, krispi, dodol, kerupuk, permen dan brownis rumput laut yang berbahan dasar rumput laut. Program diversifikasi produk olahan rumput laut bertujuan membantu petani rumput laut melalui dua aspek, yaitu aspek produksi, dan aspek manajemen usaha dan pemasaran. Metode pelaksanaan program diversifikasi produk olahan dilakukan melalui workshop dan pendampingan.
“Metode pelaksanaan program diversifikasi produk olahan yaitu melalui pelatihan dan pendampingan. Pendampingan dilakukan mulai dari penyiapan peralatan, produksi, pengemasan, pemasaran, manajemen usaha, hingga evaluasi usaha guna membantu petani rumput laut,”Jelas Beatrix.
Dijelaskan pula bahwa kegiatan program pengabdian kali ini diikuti oleh ibu-ibu pelaku usaha budidaya rumput laut sebanyak 46 orang, 10 orang mahasiswa KBPM dan 2 mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang terampil dalam proses pengolahan hasil perikanan.
Saat pelaksanaan pelatihan terlihat ibu-ibu sangat antusias dan bersemangat, dikarenakan mereka mendapat pengetahuan dan ketrampilan baru tentang cara mengolah rumput laut menjadi stik rumput laut dan krispi rumput laut. Selain itu melalui kegiatan ini diharapkan dapat meningkatan produksi berupa hasil olahan dan memperluas jangkauan pemasaran produk rumput laut.
Akhir dari kegiatan ini, Beatrix mengharapkan Desa Letbaun menjadi pilot project untuk FPIK UKAW dan PEMDA NTT untuk kegiatan pengabdian dan penelitian di Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang, sehingga program yang telah dilakukan mendapat pendampingan dan evaluasi secara berkala.
(*/Ron/FKK)
