Top 5 minggu ini

spot_img

Related Posts

Ahmad Atang Sebut Alasan Kaesang Pangarep Gabung ke PSI Karena Lebih Menjanjikan Bagi Anak Muda Dibanding PDIP

Kupang, FKKNews.com – Putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) Kaesang Pangarep, resmi menjadi kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Kaesang mengungkap alasannya gabung PSI.

Kaesang mengatakan dirinya sering berkomunikasi dengan PSI. Dari pertemuan itu, timbul pemikiran untuk menyeriusi hingga memutuskan bergabung ke PSI, hal tersebut disampaikan oleh Kaesang usai penyerahan KTA di Sumber, Solo, Sabtu (23/9/2023).

Sebelumnya, Ketua DPP PDIP Said Abdullah meyakini Kaesang bicara soal aturan PDIP satu keluarga wajib satu partai. Hal itu disampaikan saat tengah marak isu Kaesang bakal berpolitik.

Saat itu Said menjelaskan jika ada keluarga yang termasuk kader PDIP, maka semua anggota keluarga wajib menjadi kader PDIP jika terjun politik, Senin (12/6/2023).

“Kalau keluarganya ada di PDI Perjuangan maka semua keluarga itu adalah wajib juga PDI Perjuangan. Itu di maka itu wajib seperti itu, peraturannya. Umpama saya, anak saya lewat partai lain, itu tidak boleh. Dan saya yakin Kaesang juga pas waktunya akan lewat pintu PDI Perjuangan,” jelasnya

Menanggapi hal tersebut Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Kupang Dr. Ahmad Atang saat dikonfirmasi Senin (25/9/2023) Ia menyampaikan bahwa terlepas keluarga Jokowi adalah kader tulen PDIP yang telah membesarkan Namanya hingga menjadi Presiden Indonesia selama dua periode, namun hak mutlak dalam politik dimiliki setiap orang tanpa harus mengikuti orang lain bahkan orang tuanya sendiri.

“Pilihan politik seseorang untuk masuk ke salah satu partai merupakan hak dalam negara demokrasi. Hal ini juga berlaku pada Kaesang Pangarep yang merupakan putra dari presiden Jokowi, dan semua orang tahu kalau kendaraan politik keluarga Jokowi adalah PDIP, sejak Jokowi jadi walikota, gubernur dan presiden melalui PDI-P termasuk putranya Gibran Rakabuming Raka yang saat ini menjabat sebagai walikota Solo. Maka secara genetika politik, Jokowi dan keluarga merupakan bagian dari PDI-P yang selama ini telah membesarkan mereka di jabatan politik,”ujarnya.

Baca juga  Pemuda Adat Dan Sejumlah Organisasi Desak Pemerintah Daerah Sorong Selatan Anggarkan 10 Miliyar Panitia Masyarakat Hukum Adat

Ia mengatakan bahwa Pilihan politik Kaesang Pangarep ke PSI jika dilihat dari fatsun politik atau keadaban tentu perlu dipertanyakan karena keluarga Jokowi dibesarkan oleh PDIP. Maka langkah politik Kaesang Pangarep ke PSI harus dibaca dalam dua hal.

“Pertama, dengan berakhirnya masa jabatan Jokowi sebagai presiden akan terbebas dari politik praktis dan tidak terikat oleh kepentingan politik partai manapun termasuk dengan PDIP. Oleh karena itu, pilihan politik keluarganya ke depan tidak didikte oleh Jokowi dan Jokowi memberi kebebasan bagi anaknya untuk menentukan sendiri partai politik mana yang sesuai. Itu artinya, langkah politik Kaesang Pangarep ke PSI diketahui dan direstui oleh Jokowi,”bebernya.

“Kedua, sebagai generasi milenial, Kaesang Pangarep merasa PDIP bukan institusi politik yang cocok dengan idealisme dunia anak muda, maka dengan memilih PDIP sama artinya memberi ruang bagi generasi tua dan generasi muda harus antri untuk mendapatkan peluang politik, maka pilihan Kaesang Pangarep ke PSI lebih mendapatkan panggung dengan leluasa,”lanjutnya.

Ia menjelaskan bahwa keputusan Kaesang Pangarep bergabung dengn PSI adalah Langkah yang baik untuk menentukan masa depannya dalam dinamika politik di Indonesia.

“Kaesang Pangarep ingin membuat sejarahnya sendiri tanpa harus mendompleng kebesaran dan kemapanan politik Jokowi. Kaesang Pangarep ingin tumbuh dari bawah dengan karya bukan secara instan, maka pilihan ke PSI karena dia yakin akan membesarkan PSI tanpa bantuan siapapun,”imbuhnya.

Kenyataan ini memperlihatkan bahwa budaya politik kita tidak selalu sejalan dengan pilihan politik orang tua dan anak. Kita belajar dari fenomena ini, maka di satu sisi politik kita melanggengkan budaya patron-klien, namun di sisi yang lain kita sedang membangun budaya politik egaliter. Dan kemana arahnya, tergantung keadaban kita dalam berpolitik.(FKK03)

Popular Articles