Top 5 minggu ini

spot_img

Related Posts

Komisi IV DPRD Kabupaten TTS Temui Majelis Sinode GMIT Terkait Persoalan SD GMIT Nunukniti

Kupang, FKKNews.com – Ketua Sinode GMIT Semuel B. Pandie melakukan pertemuan dengan Komisi IV DPRD Kabupaten TTS di Kantor Sinode GMIT terkait persoalan SD GMIT Nunukniti Jumat (19/7/2024).

Dilansir dari www.sinodegmit.or.id, Dalam pertemuan tersebut, Komisi IV DPRD TTS, Pitterius Kefi, Habel Hoty dan Jason Benu menyampaikan aspirasi masyarakat tentang potensi ditutupnya SD GMIT Nunukniti, sebab atas inisiatif orang tua, 83 siswa telah dipindahkan ke SD Negeri Oeleon, yang berjarak 2 Km dari SD GMIT Nunukniti. Para siswa dipindahkan sebab SD Nunukniti hanya memiliki 2 orang guru pada Tahun Ajaran 2024/2025.

SD GMIT Nunukniti didirikan pada 1 Agustus 1958, terletak di Desa Nunukniti, Kecatamatan Fautmolo, Kabupaten TTS. SD tersebut memiliki 6 Rombongan Belajar (Rombel), 86 siswa dan diasuh oleh 6 orang guru, dengan fasilitas sekolah yang cukup baik. Pada Desember 2023, Kepala Sekolah, Yuni Y. Taneo, S.Pd pamit dari SD tersebut sebab dinyatakan lulus Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Selanjutnya 1 guru bantuan dari Institut Pendidikan Soe pindah dari SD GMIT Nunukniti ke SMA Negeri terdekat, supaya bisa ikut seleksi PPPK.

Pada awal Juli 2024, 2 guru bantuan Yayasan Keajaiban pamit dari SD Nunukniti karena masa kontrak mereka telah selesai. Selanjutnya pada tanggal 4 Juli 2024 diadakan rapat orang tua siswa, Komite Sekolah, para guru dan pihak gereja untuk membahas masalah tersebut. Hasil keputusan rapat itu ialah memindahkan para siswa ke SD Negeri Oeleon.

Menanggapi hal tersebut, Majelis Sinode GMIT melalui Badan Pendidikan Sinode GMIT melakukan pertemuan dengan orang tua siswa, para guru dan Pemerintah setempat di Gereja Betel Nunukniti pada Sabtu 13 Juli 2024. Dalam pertemuan itu, orang tua siswa tetap berkeras untuk memindahkan anak-anak mereka ke Sekolah Negeri Oeleon.

Baca juga  Hasil seleksi Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU) 22 Kabupaten/Kota periode 2023-2028 di Provinsi Nusa Tenggara Timur sudah diumumkan oleh Bawaslu RI

“Kami tetap memindahkan anak-anak kami ke SD Negeri Oeleon sebab kami kecewa dengan Yayasan yang lambat mengatasi persoalan kekurangan tenaga guru di sini,” demikian ungkap Yesaya Taneo, salah satu orang tua siswa SD GMIT Nunukniti.

Untuk mengatasi persoalan ini, Majelis Sinode telah bekerja sama dengan Pemda TTS, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS, Komisi IV DPRD Kabupaten TTS dan Yayasan Tois Neno untuk menempatkan beberapa orang guru, yakni 1 orang Aparatur Sipil Negara (ASN) dari Pemda TTS sebagai Kepala Sekolah, 1 orang guru bantu dari Yayasan Gnaritas dengan biaya penuh, 1 orang guru bantu dari Yayasan Tois Neno dan 2 orang guru bantu dari Institut Pendidikan Soe dengan skema pembiayaan dari Majelis Sinode GMIT.

Selain itu, Majelis Sinode dan Pemda TTS meminta pihak sekolah untuk tetap membuka pendaftaran siswa baru, dan akan memfasilitasi pertemuan dengan pihak SD Negeri Oeleon, Yayasan Tois Neno, Pemerintah Desa Nunukniti, DPRD Kabupaten TTS, Jemaat Betel Nunukniti dan Majelis Klasis Amanuban Timur untuk mengembalikan para siswa yang telah dipindahkan.

Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten TTS, Pitterius Kefi berharap agar SD Nunukniti tidak ditutup.

“Kami tidak ingin SD GMIT itu ditutup, sebab sejarah penginjilan di GMIT akan hilang, bukan hanya tentang Pendidikan,”ujarnya.

Ia bersama anggota Komisi yang lain juga akan memperjuangkan nasib para guru honorer dari Sekolah swasta supaya diakomodir dalam seleksi calon PPPK dan tercipta keadilan dalam dunia pendidikan.

GMIT sedang mengelola 581 Sekolah yang terdiri dari 200 TK/PAUD, 310 SD, 41 SMP/SMPTK, 30 SMA/SMK/SMTK dan 3 Perguruan Tinggi (Universitas Kristen Artha Wacana Kupang, Universitas Tribuana Alor, dan Institut Pendidikan Soe).

Baca juga  Jeriko- Adinda Siap Lengkapi Fasilitas RSUD dan Beri Insentif Khusus untuk Kader Posyandu

Beberapa persoalan Sekolah GMIT yang muncul yakni, manajemen pendidikan, kekurangan tenaga guru, pembiayaan dan sarana-prasarana yang tidak memadai. Beberapa hal yang akan dilakukan oleh Badan Pendidikan Sinode untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut yakni: restrukturisasi organ Yayasan, desain Sekolah Unggul/Sekolah Model tahun 2024, pelatihan peningkatan kapasitas SDM para guru, membangun mitra dan berjejaring dengan Lembaga Pendidikan lainnya, beasiswa bagi calon guru, bantuan operasional dan intervensi gaji guru, pengembangan ekonomi sekolah dan pelatihan bagi guru, Kepala Sekolah dan operator sekolah.

Pendeta Semuel Pandie mengajak semua pihak untuk mendukung Majelis Sinode mewujudkan langkah-langkah tersebut.

“Ini bukan pekerjaan gampang. Dibutuhkan kesadaran dan kerja sama dari para orang tua siswa, 13 Yayasan Pendidikan Kristen, Jemaat dan Klasis, Pemerintah dan berbagai pihak terkait, untuk mamajukan Pendidikan Kristen yang ada,”ungkapnya.

Ketua Badan Pendidikan Sinode GMIT Pendeta Norman Nenohai juga mengajak seluruh jemaat untuk mencintai Sekolah GMIT, dan mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh Majelis Sinode untuk mencerdaskan anak bangsa.(*FKK03)

 

 

Popular Articles