Kupang, FKKNews.com – Shalom. Sahabat sepelayanan selamat menikmati pemeliharaan Tuhan dan selamat mempersiapkan ibadat minggu 16 Maret 2025, Hari ini kita masuk minggu sengsara ketiga, Bagi semua sahabat terkasih mari kita saling melengkapi dalam menyiapkan bacaan bersama umat. Salam dan doa beserta. Pendeta Desiana Rondo Effendy M.Th dari GMIT Moria Liliba, Klasis Kota Kupang Timur, Sabtu (15/3/2025).
Tema : Memandang Kepada Dia yang Tertikam
Bacaan : Zakaria 12 : 10 – 14 ; Yohanes 19 : 37
Pengantar
Zakharia artinya “Tuhan mengingat”. Zakharia disebut sebagai anak dari Berekhya, cucu dari Ido yang merupakan kepala keluarga imam. Nabi Zakharia memiliki pandangan jauh ke depan mengenai umat Israel yang baru pulang dari pembuangan di Babel agar mereka menata kehidupan kerohanian mereka.
Zakaria dalam perikop ini bicara tentang pertobatan . Pengakuan dan pertobatan melahirkan transformasi hidup.
Dalam kitab zakaria di jelaskan , Tuhan akan menghukum bangsa-bangsa di sekitar Israel, yakni bangsa-bangsa yang pernah menindas umat Israel.
Tuhan akan memulihkan umat Israel (pasal 9, 10 : 3- 12). Bukan hanya manusianya yang dipulihkan tapi tanah Israel juga turut dipulihkan (10:1-2).
Tuhan sendiri yang akan bertindak sebagai gembala untuk membebaskan dan membaharui Yesusalem (12: 1-9).
Sebelum Tuhan bertindak membebaskan dan membaharui Yerusalem, Tuhan mengirimkan Roh pengasihan dan roh permohonan kepada keluarga Daud dan penduduk Yerusalem agar mereka menyesal dan bertobat (12:10-14).
Tangisan dan ratapan itu adalah tanda penyesalan atas kesalahan dan dosa mereka.
Penyesalan itu berasal dari isi hati yang paling dalam yang hanya dapat diketahui oleh Tuhan sang pemilik roh pengasinan dan roh Permohonan.
Pertobatan adalah respons manusia terhadap anugerah Allah yang dinyatakan dalam Kristus Tuhan.
Penjelasan Teks
Dalam karya penyelamatan yang Tuhan kerjakan, umat ada di dalam kesadaran untuk benar-benar datang kepada Tuhan. Tunduk dalam ratap memohon belas kasih Allah. Ayat 10-14;
Allah mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan untuk keluarga Daud dan penduduk Yerusalem sehingga mereka ada dalam ratapan yang begitu dalam, memandang kepada “dia yang tertikam”,. menangis dan meratap, ada dalam penyesalan yang dalam dan komitmen yang sungguh untuk memperbaiki diri dan cara hidup.
Ratapan, penyesalan diri, persekutuan yang terbangun dengan Allah serta komitmen memperbaiki diri bukan hanya pribadi saja, tetapi terbangun dalam hubungan keluarga yang dibawa kepada Allah.
Meratap bukan hanya sekedar menangis sebagai bentuk ekspresi jiwa tetapi dalam penghayatan untuk benar-benar meninggalkan ke-aku-an kita dan tunduk dalam penyerahan diri seutuhnya di hadapan Tuhan. Memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yang lebih peduli dan peka terhadap situasi yang dialami orang lain.
Meratap sebagai tanda pertobatan adalah sikap yang memandang kepada “Dia yang tertikam” karena dosa dan kekejian kita, Yesus Kristus yang telah menderita sengsara dan mati di kayu salib untuk menebus dosa dan kesalahan kita. Memandang kepada “Dia yang tertikam” membuat kita melihat betapa pedihnya luka itu, dan Dia telah menebus dosa dunia.
Roh Allah digambarkan Roh pengasihan dan Roh permohonan.
Roh kasih karunia dan permohonan belas kasihan.” Kata “kasih karunia” adalah istilah relasional/ hubungan yang akrab ” kharis” Istilah ini menyiratkan kebaikan yang tidak layak diterima yang diberikan kepada hidup seseorang.
“Mohon belas kasihan” menyiratkan pertobatan, penyesalan, atau penyesalan yang dalam.
Ini adalah tindakan mencari belas kasihan dari seseorang yang telah tersakiti dan menderita.
Jadi, apa yang kita temukan di sini adalah Roh Kudus dengan murah hati membawa keyakinan yang menuntun pada pemulihan hubungan.
Allah mengulurkan kasih karunia kepada mereka yang memohon belas kasihan, yang menuntun pada hubungan yang diperbarui dengan diri-Nya.
Israel akan sangat berduka atas kematian Yesus.
Namun, mereka tidak akan meratapi kematian Yesus seperti orang yang meratapi kematian seorang kerabat jauh.
Kita melihat bahwa mereka akan meratapi kematian-Nya seperti orang tua yang meratapi kematian anak tunggalnya.
Mereka akan “menangis dengan sedih karena Dia, seperti orang menangisi anak sulung.”
Betapa dalam gambaran rasa sakit dan penyesalan yang akan mereka rasakan karena menyalibkan Yesus .
Sebanding dengan rasa sakit yang dirasakan seseorang karena kehilangan anak yang dicintainya.
Refleksi dan Aplikasi
Memandang kepada “Dia yang tertikam” membuat kita melihat betapa pedihnya luka itu, dan Dia telah menanggungnya agar kita beroleh keselamatan.
Hidup dalam pengakuan membawa kita masuk pada pertobatan .
Kerendahan hati untuk mengaku dosa adalah kunci berkat yang membawa pemulihan
Maka hiduplah untuk menjadi alat Tuhan yang memberitakan karya keselamatan yang dikerjakan Kristus bagi kita.(FKK03)