Kupang, FKKNews.com – Shalom, Sahabat sepelayanan selamat menikmati pemeliharaan Tuhan dan selamat mempersiapkan ibadat minggu 16 Februari Bagi semua sahabat terkasih mari kita saling melengkapi dalam menyiapkan bacaan bersama umat. Salam dan doa beserta. Pendeta Desiana Rondo Effendy M.Th dari GMIT Moria Liliba, Klasis Kota Kupang Timur, Sabtu (15/2/2025).
Bacaan : Lukas 21;1-4; 1 Tawarikh 29:13-17
Tema : Persembahan : Kualitas Atau Kuantitas
Pengantar
Dalam perikop sebelumnya Lukas 20 menggambarkan ahli taurat dan orang farisi selalu menempati tempat di depan dalam pelayanan ibadat. Secara protokoler mereka di berikan tempat kehormatan dala rumah ibadat.
Mereka mengelabui mata banyak orang dengan penampilan dan statusnya dalam memberi persembahan. Lukas 21 yang kita baca dalam perikop persembahan seorang janda mengingatkan kepada kita apresiasi , penghormatan dan penghargaan yang diberikan Tuhan sama dan sederajat bagi semua orang. Memaknai persembahan dalam kualitas diri sebagai pemberian hidup / diri kita menjadi perenungan yang maknawi. Persembahan diberikan tanpa alasan untuk menguatkan status dan jabatan kita tetapi pemberian diri yang dikelola dari hati yang bersyukur.
Persembahan adalah ekspresi yang lahir dari hati sebagai pemberian karena mensyukuri kebaikan Tuhan. semua orang ada pada posisi yang sama di ruang mata Tuhan. cara kita mengelola hati dalam memberi persembahan akan menuntun kita hidup berjalan bersama Tuhan. kualitas hidup menjadi bagian persembahan yang kita bawa dalam kerendahan hati di hadapan Tuhan. bukan berapa banyak kita memberi secara material, tetapi tercermin dalam teladan hidup yang melayani.
Penjelasan Teks
Lukas 21:1-4 : Yesus sudah berada di Yerusalem dan di Bait Allah ,Ia mengajar orang banyak tentang kebenaran. Yesus memakai waktu berkualitas sebagai wujud persembahan hidupNya bagi Tuhan agar semakin banyak orang mengerti dan mendengar pengajaran- Nya.
Yesus berada di dekat peti/kotak persembahan. Di mana orang orang datang memasukkan persembahan mereka, yaitu berupa uang. Dari berbagai lapisan masyarakat, dalam jabatan dan status sosialnya ada di Bait Allah. Orang kaya memasukkan persembahannya, kita mengimajinasikan ada orang yang membantu mereka memikul koin yang banyak mungkin sampai sekarung dan meletakkannya untuk dimasukkan dalam peti.
Belom ada transfer , mobile bangking, Qris. Ada juga dalam cerita ini janda miskin yang memasukkan 2 peser / uang tembaga miliknya ke dalam peti persembahan. Sungguh sangat berbeda ada kesenjangan antar si orang kaya dan janda miskin. Orang kaya tidak disebutkan jenis kelaminnya yang menerangkan identitas mereka. Orang miskin merujuk kepada janda/perempuan miskin yang memberi persembahan di peti derma.
Cara Tuhan menghitung berbeda dengan cara manusia. Bukan berapa banyak materil/uang yang diberikan, tetapi bagaimana mengelola pemberian dari ketulusan sebagai persembahan. Disini dikatakan janda miskin memberi dari kekurangannya. Bagi banyak orang sebuah kebanggan memberi dari kelebihan, tetapi Yesus mengajarkan memberi dari kekurangan tumbuh dari kesadaran diri untuk berbagi.
Uang memang berbicara banyak hal mengenai manusia. Tetapi uang tidak bisa membeli kasih setia Allah dalam relasi yang terus dijaga bersama Allah. Uang tidak bisa berbicara mengenai hubungan kita dengan Allah sebatas persembahan. Persembahan janda ini mengungkapkan kedalaman hubungannya dengan Tuhan. janda miskin ini bergumul untuk datang ke bait Allah, karena di dalam bait Allah mereka yang datang tanpa memasukkan uang ke dalam peti persembahan tentunya akan dilihat oleh orang-orang lain. Mereka yang tidak memberi persembahan pasti akan merasa risih karena diperhatikan oleh banyak orang. Banyak orang miskin yang tidak berani datang ke bait Allah untuk beribadah karena takut dan malu ketika memberi persembahan.
Keberanian dan ketulusan janda miskin ini lahir dari kedekatannya dengan Tuhan. hubungan doa dalam ibadat yang terjaga menolongnya melihat Tuhan dan ada di ruang mata Tuhan.
1 tawarikh 29:13-17 : nyanyian pujian daud ini mengajarkan kita melihat persembahan sebagai pemberian diri. Persembahan yang diserahkan kepada Tuhan sebenarnya berasal dari tangan Tuhan sendiri (ayat 13-14). Konsekuensi dari keyakinan bahwa Tuhan adalah pemilik segala sesuatu adalah bahwa apa pun yang ada pada kita merupakan milik Tuhan seutuhnya (waktu, keluarga, harta benda, uang/materi, pekerjaan/jabatan).
Sebab semua yang ada pada kita hanya titipan.Dengan kesadaran ini maka konsekuensinya kita mesti mengelola setiap pemberian Tuhan dengan baik.
Persembahan yang berkualitas adalah yang lahir dari hati dalam sebuah pengharapan, tuhan menolong dan menyertai. Memberi persembahan bukan supaya dikembalikan berkat melimpah. Tetapi memberi dari apa yang ada pada kita menolong kita melihat kekurangan kita dan melihat pertolongan Tuhan dalam hidup. Bukan kuantitas berapa banyak saya memberi persembahan, tetapi bagaimana saya mengelola persembahan menjadi bagian yang menghidupkan hati dan jiwa.
Refleksi dan Aplikasi
Persembahan yang berkualitas adalah yang lahir dari hati. Bagaimana membentuk mentalitas memberi yang profetis (alkitabiah) yaitu:
persembahan bukanlah suatu paksaan untuk bersandiwara melainkan kerelaan dan kesungguhan hati yang didasari oleh rasa cinta kepada Tuhan.
Memberilah bukan untuk dipuji, memberi dari hati yang bersyukur. manusia memberi supaya ingin dilihat orang, karena ingin dipuji. Tetapi Tuhan melihat hati.
Tidak ada tawar-menawar dengan Tuhan, memberilah karena kecintaan dan kerinduan kepada Tuhan. Totalitas dan kualitas terbaik dalam hidup itulah wujud persembahan bagi Tuhan.
Selamat bersiap diri menyampaikan kebenaran Firman Tuhan. salam dan doa beserta. Tuhan Yesus Memberkati.(FKK03)