Kupang, FKKNews.com – Kepala Dinas P2KB, dr Francisca Ikasasi dan Kadis Kesehatan Kota Kupang drg. Retnowati
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P2KB) Kota Kupang, dr. Francisca Ikasasi, berharap adanya kerja-kerja kolaborasi pihak-pihak terkait dalam penanganan stunting di Kota Kupang.
dr. Fransiska optimis angka stunting di tahun 2024 akan turun menjadi 10 persen seperti yang ditargetkan Gubernur NTT.
“Setidaknya kita bisa melimitasi dari 21,5 persen menjadi belasan persen atau sepuluh persen sesuai dengan target Gubernur NTT, ” kata dr. Francisca Ikasasi saat Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan Desiminasi Hasil Audit Kasus Stunting Tingkat Kota Kupang, Rabu 4 Desember 2023.
Untuk itu dirinya meminta seluruh stakeholder dan pihak-pihak terkait untuk bisa melakukan kerja kolaborasi. “Kalo tidak kolaborasi, tidak bekerja bersama-sama itu nonsense, semuanya tidak akan berhasil,” ucapnya.
Dirinya juga berharap lebih banyak lagi orang-orang yang menjadi orangtua asuh bagi para anak stunting agar bisa membantu menurunkan angka stunting.
Selain itu dr. Francisca juga mengatakan, data stunting di Kota Kupang harus ditelusuri kembali hal tersebut karena banyak lurah di Kota Kupang yang mengeluhkan warga yang tinggal di kos-kosan maupun kontrakan yang sering berpindah-pindah dan mengakibatkan pendataan dan penanganan menjadi tidak efektif.
“Sumbernya itu adalah data, kalau datanya benar dan valid, itu kita bisa atasi. Kota Kupang ini ibu kota provinsi, jangan sampai angka stunting itu tinggi karena kiriman dari daerah lain,” jelas Francisca.
Untuk itu ia meminta seluruh Organisasi Perangkat (OPD) hingga Camat, Lurah, RT dan RW serta para kader di tiap kelurahan, ikut dilibatkan secara kolaboratif dan bersinergi, dari penyediaan data hingga tindak lanjut penanganan stunting secara bersama-sama.
25 ribu bayi dan anak Bawah Lima Tahun (Balita) wajib ikut penimbangan berat badan pada operasi timbang di 350 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) se-Kota Kupang, NTT.
“Penetapan sasaran ini sesuai dengan verifikasi dan validasi, data tahun 2021, ada 25 ribu sasaran bayi balita di 350 posyandu,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, drg. Retnowati, saat rapat Koordinasi Tim Percepatan Stunting.
Menurutnya, data tahun 2022, tercatat 5.497 kasus balita mengalami gizi buruk tersebar di 51 kelurahan, sehingga perlu penanganan kolaboratif dan masif dalam penanganan dan penanggulangan guna menekan angka kasus gizi buruk di Kota Kupang.
“Dengan komitmen Penjabat Walikota terhadap Komitmen Gubernur NTT, kita wajib kerja out of the box dan extraordinary, sehingga perlu keterlibatan berbagai pihak di dalam penurunan angka stunting, termasuk keterlibatan orangtua asuh, karena kalau hanya mengandalkan APBD tentu kita tidak kuat. Yang kita lakukan ini penanganan real bukan survei,” jelas drg. Retnowati.
Kadis P2KB Kota Kupang, dr. Fransisca Ikasasi, mengatakan,operasi timbang yang akan di laksanakan pada bulan Februari 2023, bagi bayi dan balita menjadi momentum persiapan tim percepatan stunting dalam upaya mengevaluasi kinerja secara kolaboratif dan menemukan langkah-langkah strategis dalam penanganan masalah gizi buruk.
“Operasi timbang ini menjadi momentum menemukan langkah strategis penanganan stunting, sehingga perlu persiapan dan persamaan visi dengan harapan bisa menurunkan kasus stunting,” kata dr. Francisca.
Adapun kasus stunting atau gizi buruk juga di pengaruhi beberapa faktor diantaranya, hamil terlalu muda di usia kisaran 15-16 tahun, terlalu dekat jarak kehamilan dan terlalu banyak anak.
Selain itu faktor ekonomi, pola perilaku hidup sehat dan lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.(*FKK03)