Kalabahi, FkkNews.com – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DRPD) Kabupaten Alor, Paulus Brikmar mengunjungi UPTD Puskesmas Moru di Kecamatan Alor Barat Daya (ABAD), Kabupaten Alor, Provinsi NTT, pada Senin, (28/07/2025), pantauan media ini Brikamar menunjukan kemarahannya terhadap kepala puskesmas dan jajarannya tenaga medis serta sopir mobil ambulance, kemarahan itu timbul setelah ia mengetahui kelambanan puskesmas moru dalam melakukan penanganan terhadap salah satu pasien gawat darurat yang mengakibatkan pasien tersebut hingga meninggal dunia.
Dalam pertemuan itu Ketua DPRD, Brikmar menegaskan bahwa sopir itu ada dana operasional tidak? kalau sopir malas malas ya ganti, masih banyak orang yang mau kerja jadi sopir, itukan ada dia punya anggaran semua, ini soal nyawa manusia, saya minta Dinas kesehatan audit, permasalahan yang sama, selalu saja puskesmas moru, saya minta untuk segera diaudit, ini masalah kemanusiaan, saya tidak mau peristiwa ini menimpa lagi. Yang namanya penanganan pasien darurat itu membutuhkan kecepatan, dan oleh sebab itu kalau ada pasien emergency, darurat di ini puskesmas maka sopir sudah harus sten baik di tempat bukan kita telfon dulu baru datang, saya minta segera di evaluasi total, mulai dari penggunaan anggaran sampai dengan tenaga tenaga medis.
“Besok saya minta Komisi untuk Rapat Dengar Pendapat, jangan begitu lah, kami lagi pikir dengan kondisi Bupati yang lagi sakit, tapi kok bisa begitu, kita dengar hanya puskesmas moru saja yang selalu membuat masalah, tidak ada puskesmas lain lagi. Saya minta tolong dengan segala hormat, Dari Dinas Kesehatan, tadi saya juga koordinasi dengan Kadis, saya akan minta untuk RDP dan saya minta evaluasi total, tidak usah pake rasa, kita dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah ini ada aturan hukum oleh sebab itu jangan pake rasa, yang kerja tidak betul ganti, masih banyak orang yang membutuhkan pekerjaan kok, dia mau honorer juga baik, mau tenga sukarela juga baik, yang penting dia punya nurani kemanusiaan untuk bisa ada disini untuk bisa membantu sesama dia yang sakit,” tegas Ketua DPRD.
Dijelaskan Brikmar, bahwa ini instansi pemerintah ini bukan perusahaan, kamu tidak mau kerja yang berhenti to, masa ada pasien emergency disini kok di telfon lama baru datang, he orang butuh kecepatan untuk penanganan di rumah sakit umum sana, jadi ibu Kapus saya minta ini sudah bukan dua kali tapi sudah berulangkali kejadian di puskesmas moru, dan kalau kemudian tenaga tenaga medis yang orang alor barat daya yang mereka kemudian menangani pasien seenaknya saja yah, saya minta diganti, bawa datang orang dari kecamatan lain datang di kecamatan alor barat daya, dimutasikan keluar supaya mereka juga tahu, bandel semua disini, ada kejadian begini nanti dorang juga kasi naik di facebook bilang kami bukan malaikat apa segala macam, apa itu yang model model begitu!.
“Saya baru dari rumah duka, kasian, jadi saya mohon dengan segala hormat, ibu kapus, saya pikir tidak ada lagi karena penjelasan dari keluarga korban lewat media itu menjadi dasar, hal-hal lain dia tidak persoalkan, dia cuma mempersoalkan kelambanan menangani pasien, siapapun yang diperlakukan seperti itu pasti akan risih, saya minta anak yang posting di media kerja di dinas kesehatan dan itu saya minta dinas kesehatan untuk lindungi, jangan diberikan sanksi, karena yang meninggal itu dia pu saudari kandung, persoalan ini menjadi pintu masuk untuk kita evaluasi total,” tegasnya.
Sebelumnya viral di media sosial masalah kelambanan penanganan pasien darurat hingga berujung pada kematian, seperti ditulis oleh salah satu Dosen Universitas Tribuana Kalabahi, Alboin Selly melalui akun facebooknya BoySelly, bahwa “entah harus mulai dari mana, tapi rasanya kisah tentang Puskesmas Moru ini seperti kaset rusak yang diputar ulang terus-menerus. Masalahnya itu-itu saja. Kita dengar lagi, pasien gawat darurat meninggal dunia lagi. Kali ini media sosial ramai. Akun Junio Atapelang menulis tentang lambannya penanganan pasien hingga menyebabkan nyawa tak tertolong. Tragis, menyakitkan, tapi sayangnya tidak mengejutkan, karena ini bukan pertama kali,” ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskan Boy Selly, kembali ke 23 April 2025, Pak Ketua DPR Buche Brikmar pernah menulis kritikan keras melalui akun FB Buche Brikmar “IDI mana IDI?”INI SUDAH BERULANG MASALAH YANG SAMA YANG PERNAH DIANGKAT KINI KEMBALI TERJADI. Saat itu, beliau menegaskan jika dokter tidak ada di tempat, maka harus dicopot dan diganti dengan yang lebih peduli. Beliau menulis di akun FBnya dengan membagikan postingan Akun FB Frans Malaibel yang mengkritisi soal rumah sakit yang lebih sibuk tanya KTP daripada selamatkan pasien.
“Pak Ketua DPR sudah turun langsung, sudah assessment berkali-kali, tapi tetap saja, kok kejadiannya berulang? Mungkin memang betul apa yang ditulis Pak Ketua sendiri, kalau masalahnya terjadi terus-menerus di tempat yang sama, dengan pola yang sama, maka sudah pasti ini bukan sekadar masalah KEBETULAN. Ini soal manajemen, soal kompetensi tenaga kesehatan, soal sistem yang harus dibongkar sampai ke akar-akarnya,” ujarnya.
Saya pribadi lanjutnya, tidak punya masalah dengan Pak Ketua, beliau itu senior saya, teman diskusi yang saya hormati. Tapi karena hormat itulah, saya merasa perlu menyampaikan kritik ini. Pak Ketua jangan seperti petugas pemadam kebakaran, yang datang hanya ketika api sudah menyala. Harusnya sejak pertama kali kejadian ini muncul, kebijakan sistemik sudah dirancang dan dijalankan. Harusnya tidak perlu menunggu korban berikutnya untuk bertindak.
Pak Ketua, kita ini bukan sedang menuntut hal yang muluk-muluk. Yang kita minta sederhana, saat keadaan darurat, tenaga kesehatan ada. Saat nyawa dalam ancaman, penanganan cepat dan tepat. Itu saja. Sesederhana itu, tapi ternyata masih sulit diwujudkan di Puskesmas Moru. Bagi saya, permasalahan ini bukan hanya soal satu-dua orang yang lalai. Ini menyangkut sistem kerja, pengawasan, bahkan kebiasaan buruk yang dibiarkan tumbuh dalam waktu lama. Tidak ada evaluasi yang benar-benar tegas. Tidak ada perubahan nyata setelah kejadian sebelumnya. Akibatnya, rasa percaya masyarakat pun luntur. Bagaimana bisa kita merasa aman, jika tempat yang seharusnya menyelamatkan justru menjadi tempat cerita duka?
“Pak Ketua DPR, mungkin sudah saatnya mengambil langkah lebih berani. Bukan sekadar datang dan marah di tempat kejadian. Tapi mulai dari memperjuangkan anggaran tambahan untuk peningkatan kualitas layanan, memastikan ada SOP yang benar-benar diterapkan, sampai mendesak Dinas Kesehatan untuk mengevaluasi secara menyeluruh siapa yang layak dan tidak layak bertugas di fasilitas kesehatan seperti Moru.
Jangan sampai masyarakat berpikir, Ah, pasti nanti juga hanya ribut di Facebook, setelah itu hilang lagi. Karena ketika rasa apatis sudah muncul, ketika masyarakat sudah tidak percaya lagi pada wakilnya, maka krisisnya bukan hanya di puskesmas, tapi sudah menyebar ke kepercayaan publik secara menyeluruh,” lanjutnya.
Lebih lanjut dijelaskan Boy, saya menulis ini bukan karena benci, justru karena peduli. Saya tahu Pak Ketua orang yang punya integritas dan keberanian. Tapi integritas itu harus diwujudkan dalam tindakan nyata, bukan sekadar retorika atau kunjungan simbolik. Karena, jujur saja, kita lelah dengan janji dan aksi sesaat. Semoga dari peristiwa ini, muncul perubahan yang sungguh-sungguh. Semoga Puskesmas Moru tak lagi jadi berita buruk, tapi menjadi contoh bagaimana kritik bisa menggerakkan perbaikan. Kita tunggu langkah nyata Pak Ketua. Jangan biarkan satu nyawa pun lagi terbuang karena kelalaian yang seharusnya bisa dicegah.
Dan jangan lupa Pak Ketua, lanjutnya, Puskesmas Moru itu ada di Dapil Pak Ketua. Itu artinya tanggung jawab moral dan politik ada di pundak Pak Ketua. Kalau bukan Kaka Ketua yang memastikan pelayanannya membaik, siapa lagi? Ini bukan cuma soal profesionalitas, ini soal nyawa manusia.
Saya membaca profil Facebook kaka Buche, di sana tertulis “Teguh pendirian, riang gembira dalam perjuangan.” Maka saya percaya, semangat itu bukan hanya kata-kata.
“Rakyat butuh wakil yang benar-benar serius memperjuangkan pelayanan kesehatan yang cepat, sigap, dan manusiawi. Semoga ke depan, Puskesmas Moru tidak lagi menjadi cerita sedih yang berulang. Dengan segala hormat dan harapan, dari seorang masyarakat yang peduli. Mari kita kawal bersama, Untuk Moru, Untuk rakyat, Untuk kemanusiaan. Turut BerdukaCita Buat Keluarga Duka,” pungkasnya dilansir dari akun facebook BoySelly. (FKK/Eka Blegur).