Tambolaka, FKKNews.com – Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia (Himbas) Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Weetebula menggelar Pentas Seni dengan Tema Panggung Budaya ‘Perempuan dan Suaranya’ yang berlangsung di Aula Ratu Damai STKIP Weetebula, Desa Karuni, Kecamatan Loura, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (19/03).
Ketua Program studi Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI), P. Doni Kleden menyampaikan bahwa kegiatan ini murni dan insiatif yang timbul dari hati mahsiswa Himbas. Menurut Doni, banyak hal yang terbelunggu terkait perempuan, sehingga dengan kehadiran generasi Himbas ini akan membawa perubahan dan akan mengharumkan nama PBI dan terlebih khusus Kampus STKIP Weetebula.
“Terima kasih buat mahasiswa PBI yang sudah membuat kegiatan ini dengan sungguh-sungguh sehingga sampai tampil di panggung dan terima kasih juga buat Ibu Yuliana Sesi Bitu yang membimbing mahasiswa untuk berekspresi di panggung yang terhormat ini,” tutur Doni.
Dirinya juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik mengisi kegiatan maupun yang hadir menyaksikan kegitan tersebut. Ia berharap kegiatan ini bisa bermanfaat dan berdampak dalam kehidupan sehari-hari.
“Semoga kegiatan ini bermanfaat bagi kita dan untuk kita semua,” ungkapnya.
Sementara itu, Romo Marsel Pingge Lamunde mengatakan, sangat menyukai tema Panggung Budaya ‘Perempuan dan Suaranya’. Menurut Romo Marsel, perempuan harus dihargai dalam menyampaikan pendapatnya, sebab peran perempuan sangatlah penting.
“Ketika bicara tentang perempuan, saya sangat merinding karena peran perempuan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu perempuan harus bersuara, perempuan itu harus menujukan bahwa dirinya bisa, sehingga perempuan jangan pernah dikebelakangkan,” tutur Romo Marsel.
Kepada media ini, Wakil Himbas, Fren Ghogi menyampaikan, kegiatan ini adalah bentuk kepedulian Himbas terhadap kaum perempuan yang terbelakang, yang hidup dalam tekanan budaya. Dia mengatakan, kegiatan ini awalnya hanya sebatas halusinasi, kemudian Himbas mulai mencoba berpikir lebih keras, kemudian menemukan solusi yang disepakati secara bersama-sama.
“Perempuan bukan diberi, perempuan bukan untuk dibantah, perempuan bukan untuk dikekang, perempuan bukan untuk berbagi kepuasan, perempuan bukan untuk merendahkan martabatnya, tetapi perempuan adalah insan yang harus dihargai dan dijaga,” ungkap Fren. Dalam menyukseskan kegiatan ini, kata Fren, mahasiswa PBI semester 2 dan 4 yang tergabung dalam Himbas melakukan pengalangan dana.
“Ini adalah bentuk kerja sama atau insiatif kami sebagai generasi-generasi Himbas karena selama ini kami melihat Himbas terlarut dalam kediaman tanpa ada kegitan yang dilakukan, itulah yang mendasari kami sehingga membuat kegiatan Pangung Budaya Perempuan dan suaranya,” katanya lagi.
Turut hadir dalam kegiatan ini, Ketua STKIP Weetebula, Wilhemus Yape Kii S.Pt., M. Phil., M.A, Ketua Prodi PBI, P. Konrardus Doni Kelen, M.A, Sekretaris FBI, Engel Bertha H. Gena, M.Pd, Yuliana Sesi Bitu, M. Pd, Lazarus Bulu Kaleka, M. Pd, Rm. Kanisius Kami, S. Fil., M. Pd sebagai Wakil Ketua III di Kampus STKIP Weetebula. (Ori/Fkknews)