AKU “TAAT” MAKA AKU EKSIS, Opini Oleh Florit P. Tae, Ketua GMKI Cabang Kupang

Dalam Panggung Politik Elektoral, Kesetiaan tidak bernafaskan Integritas dan Hati Nurani, melainkan Kepentingan dan Feodalisme Pemilik Partai. Sebab, tidak ada prinsip egaliterianisme dalam Organisasi Partai Politik.

Partai Politik prinsipnya adalah _Gesellschaft_ bukan _Gemainschaft_

_Gesellschaft_ adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya mempunyai hubungan yang sifatnya sementara dan disatukan oleh pemikiran yang sama (Kepentingan Kekuasaan).  _Gesselschaft_ ditentukan oleh _kurwille_ (kehendak rasional) dan dilambangkan oleh masyarakat kosmopolitan (masyarkat yang punya keinginan dan kebiasaan sama entah kesamaan apapun itu). Prinsip ini ditegaskan secara Imajinatif oleh sosiolog berkebangsaan Jerman, Ferdinand Tönnies.

Karena itu, tidak heran bila kita menjumpai kejadian-kejadian luar biasa dalam Organisasi Partai politik. Sebagaimana narasi populer yang kerap kita ucapkan; “Tidak ada Kawan atau Lawan yang Abadi, yang abadi hanyalah Kepentingan”. Atau lebih praktis lagi dalam politik, kata yang kerap diucapkan adalah “Untuk kalah saja, kita harus mengeluarkan biaya yang besar”.

Dalam Partai Politik, Yang abadi adalah kepentingan. Tidak perlu merasa terganggu, sebab memang itulah iklim partai Politik. Semua orang yang tergabung di dalamnya, menerima kartu anggota, memiliki prinsip yang sama. Mereka semua berkumpul bukan karena hanya panggilan pengabdian, melainkan karena visi yang sama yakni; Kekuasaan. Selain itu, yang berkumpul bersama sebagai sesama kader,  didasari oleh kepentingan dan adanya hitungan untung rugi.

Jadi, dalam Partai Politik, iklim persahabatan yang dihidupi adalah Persahabatan Komersial (perhitungan Untung-rugi) dan bukan persahabatan bersifat _Liquid_ (persahabatan yang Cair, bersolider).

TINTA EMAS SURAT PENGUNDURAN DIRI RATU WULA

Peristiwa yang menghebohkan seluruh Masyarakat NTT secara Khusus dan Rakyat Indonesia secara umum, sesungguhnya melatar belakangi tulisan singkat ini. Tentu, tulisan ini bukanlah sebuah kajian yang terlalu bermakna dalam arti membuka situasi real dalam tubuh Partai atau jawaban yang Valid terkait pertanyaan Mengapa Ratu Wula mengundurkan diri?, bahkan bukanlah menjadi jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan sejenis lainnya. Tulisan tersebut hanya semacam catatan kaki kecil. Yang lahir dari kegelisahan terhadap situasi politik Indonesia hari-hari Ini, secara khusus kegelisahan terhadap Feodalisme tokoh penting Partai Nasdem. Lebih jauh, tulisan ini hanya sekedar sebagai analisa perspektif awam yang mengamati situasi yang terjadi alias opini singkat.

Semua orang sejak dari awal pendaftaran Calon Legislatif secara khusus di Partai Nasdem, menduga dengan sangat serius bahwa Mantan Gubernur NTT VBL harus menang. Entah dengan cara apapun, Kemenangan milik VBL.

Contoh beberapa dugaan diantaranya adalah; Semua calon dalam Nasdem akan bekerja serius untuk meraup suara sebanyaknya untuk Nasdem tetap konsisten mendapat dua Kursi dan VBL satu diantaranya.

Analisa lain misalnya; Semua Suara dukungan dari Calon lain, akan disumbangkan secara suka rela untuk sang Ketua kelas. Sebab, Kekalahan bagi sang pimpinan regu, mustahil tertulis dalam kamus hidupnya.

Tidak terpikirkan, sang kader seperti Ratu Wula secara vulgar mengajukan “surat Cinta” Pengunduran diri. Fenomena yang tidak Lazim alias mustahil ini dilakukan oleh politisi yang sejak awal tampil eksotik karena hampir sebagian masyarakat di Sumba mendatangi Rumah Ratu Wula membawa Ayam, Parang dan lain-lain, menyampaikan komitmen dukungan. Hampir juga dipastikan bahwa masyarakat Sumba melakukan ritual adat untuk mendukung Sang Srikandi bertarung menjadi Penyambung lidah rakyat.

Tetapi, tanpa suara bisikan Sang Perempuan Karismatik itu mundur. Apalagi, penetapan siapa calon terpilih dari Partai Nasdem secara administratif belum dibubuhi tandatangan dan Cap KPU RI.

Bagaimanpun, fakta tertulis dalam Batu Nisan Sejarah bahwa Ratu Wula Mengundurkan diri sebelum dilantik, bahkan sebelum KPU RI mengumumkan suara terbanyak dan pemenang dari Partai Nasdem, Dapil NTT 2.

Apakah situasi ini Miris?, Tentu sangat mengganggu. Apakah Ini catatan Buruk? Terlihat Sangat Buruk, jika dipandang dari perspektif etis-filosofis.

Memang, hal ini bukan tidak mungkin dalam Politik. Bahkan, dalam Politik, Demi Kekuasaan segala cara halal.

Atau dengan kata lain, sebagaimana Niccolo Machiavelli menulis ” Seorang penguasa tidak perlu tunduk pada Instansi Moral di atasnya, sehingga apa saja diperbolehkan untuk mempertahankan dan memperluas kekuasaannya. VBL dalam fenomena ini, memperbolehkan apa saja demi dan untuk mempertahankan serta memperluas kekuasaan.

Sebagai sebuah strategi Politik, para politisi mesti memuji langkah monumental Ketua umum Nasdem bersama Sang Jendral VBL.

Tertulis dalam sejarah mana, seorang mundur ketika menang dengan alasan partai menugaskan ke Posisi yang lain?.

Apa mungkin, ada jabatan lain yang diserahkan dalam waktu dekat?

Mengapa tidak menunggu setelah pelantikan?

Pertanyaan tersebut, bagaimanapun hanya terlintas di permukaan, sebab tidak mungkin ada jawaban yang meyakinkan.

HARGA DIRI vs KEMEGAHAN DIRI

Saya menduga, tindakan yang dilakukan oleh Ketua umum Nasdem bukan soal Harga diri Sang Anak Emas, salah satu pendiri Partai Nasdem, VBL. Ini soal Kemegahan diri.

Jika alasannya adalah Harga diri sebagai mantan Gubernur, Konglomerat hebat, pengendali Kekuasaan, maka rasanya itu tidak mungkin. Sebab, dengan cara sevulgar ini, “memaksa” Ratu Wula mundur, harga diri jauh lebih bermasalah. Bukankah harga diri lebih berhubungan dengan tindakan-tindakan etis dan menghormati Hasil alis yang baik dan rasional saja?.

Sekali lagi ini soal Kemegahan diri sang Penguasa Partai, ketua kelas Daerah Pemilihan NTT 2.

Secara strategi Politik, tindakan yang dilakukan oleh Ketua Umum Partai bersama VBL sebenarnya menunjukan bahwa VBL mampu mengendalikan Konstalasi dalam Internal Partai.

Ia mampu mengubah fakta Mandat rakyat dengan sepucuk surat Cinta Pengunduran diri dibubuhi tandatangan dan Cap Ketua Umum.

Tidak hanya itu, ia menunjukan bahwa yang bersangkutan tidak hanya politisi tetap Master Politik.

Inilah yang disebut kemegahan diri.

Dalam Politik, harga diri bisa dipertaruhkan. Integritas bisa digadaikan. Harta bisa dihambur secara Vulgar tetapi Kemegahan diri dan Eksistensi diri sebagai Pemain dan pengendali politik tidak bisa ditawar.

Seorang politisi, tidak mungkin merendahkan kemegahan diri.

Ketika seseorang mampu membuat hal-hal yang terlihat mustahil menjadi tidak mustahil dalam politik, ia secara spontan diakui sebagai master Politik. Kendati, harga diri dan integritas harus menjadi korban. Sebab, yang diabadikan adalah eksistensi diri dalam panggung Politik.

Dalam konteks politik yang baru saja terjadi Antara Ratu Wula dan Nasdem, semua elit politik akan serentak mengakui Kemegahan sang pencetak sejarah, bahwa ia pemain besar yang patut diperhitungkan dalam panggung politik Indonesia dan secara khusus NTT.

Realitas politik tidak bisa dipandang dengan Kaca mata Etis-moral dan berharap semua kejadian Harus masuk akal, etis dan sebagainya. Tidak.!

Dalam politik, kerap kali tidak masuk akal. Yang mustahil menjadi tidak mustahil, kesempatan sebesar lubang Jarum, masih mungkin untuk dimasuki selagi sang Politisi tidak menyerah.

EGALITARIANISME ADALAH KOSA KATA ASING DALAM PARPOL

Demokrasi melekat dengan Egalitarianisme. Dalam masyarakat demokratis, semua orang merasa setara dan diperlakukan sederajat, dan tentu berdasarkan kebutuhannya masing-masing.

Egaliterianisme sesungguhnya menjadi dasar penyelenggaraan negara demokratis.

Jika, konsep tersebut tidak dihidupkan dalam masyarakat demokratis, maka yang ada hanyalah Feodalisme. Bahkan Feodalisme yang sangat angkuh dan Brutal.

Jika benar, bahwa Ratu Wula mundur karena kepentingan elit partai dan sekaligus demi menjaga eksistensi dalam tubuh Partai, maka perlu ditegaskan bahwa partai politik tersebut sangat Feodal.

Mungkin Feodalisme itu menjadi spirit bersama karena semua partai Politik di Indoneaia menabur benih Feodalisme untuk tumbuh subur.

Jika Spirit hidup bersama dalam tubuh Partai Nasdem adalah Feodal, maka memang tidak perlu mengherankan lagi karena sangat mungkin, semua partai politik di Indonesia feodal.

Itulah yang kemudian menciptakan feodalisme di berbagai lini.

Sebab, sekali lagi partai politik adalah organisasi yang bersifat Gesellschaft. Setiap partai saling memberi Contoh dan teladan.

Dalam komunitas yang sifatnya _Gesellschaft_ ini, ” Anda Taat, maka Anda Eksis”. Eksistensi diri hanya bisa terjadi bila saling mengamankan kepentingan. Eksistensi selanjutnya hanya bisa bertahan, bila anda taat pada perintah elit partai dan hapus kata “tidak’ pada Kamus hidup sebagai kader partai dan politisi.

“Aku Taat, Maka Aku Eksis” layak diucapkan sebagai sebuah kosa kata monumental dalam menjaga kepentingan di partai Politik.

Sebagaimana kita sebutkan sebelumnya,  “Dalam Panggung Politik Elektoral, Kesetiaan tidak bernafaskan Integritas dan Hati Nurani, melainkan Kepentingan dan Feodalisme Pemilik Partai”.(FKK03

Hot this week

“Sabar Menderita Karena Kebenaran Kristus” Minggu sengsara III , 25 februari 2024

Shalom. Sahabat sepelayanan selamat menikmati pemeliharaan Tuhan dan selamat...

Ngaku Bisa Loloskan Siswa ke SMAN 1, Guru PNS di Kota Kupang Tipu 9 Ortu

Kupang, FKKNews.com - Oknum Guru di kota Kupang atas...

Kasus Pembunuhan terhadap Mahasiswa Asal Alor Bukan Berawal Dari Syukuran Pesta Wisuda, Berikut Penjelasan dari AKP Jemy Noke

Kupang, FkkNews.com - Kasus pembunuhan yang terjadi di Kelurahan...

Tepati Janji Kampanya, Wali Kota Kupang Christian Widodo Wujudkan Program Liang Kubur Gratis

Kupang, FKKNews.com - Pemerintah Kota Kupang mewujudkan salah satu...

Ketua Umum Partai Nasdem Surati KPU RI Terkait Pengunduran Diri Caleg DPR RI Ratu Wulla Saat Rekapitulasi Nasional

Jakarta, FKKNews.com - Saksi dari Partai Nasdem menyampaikan surat...

Prof. Apris Adu Daftar Sebagai Calon Rektor : Siapkan 6 Program Strategis Untuk Undana Sehat dan Berdampak

Kupang, FKKNews.com - Pemilihan Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana)...

Jelang HUT RI Ke-80, GAMKI Alor Dialog Interaktif Di RRI Bahas Kemerdekaan Perempuan Dan Anak

Kalabahi, FkkNews.com - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Angkatan...

Kejari Alor Tegaskan Pengadaan Barang/Jasa Di Desa Harus Berbasis Swakelola Dan Gotong Royong

Kalabahi, FkkNews.com - Kepala Kejaksaan Negeri Alor Mohammad Nursaitias,...
spot_img

Related Articles

Popular Categories

spot_imgspot_img