Kupang, FKKNews.com – Shalom Sahabat sepelayanan selamat menikmati pemeliharaan Tuhan dan selamat mempersiapkan ibadat Minggu (Bulan keluarga GMIT) Minggu 1 Oktober 2023 Bagi semua sahabat terkasih, mari kita saling melengkapi dalam menyiapkan bacaan bersama umat. Salam dan doa beserta kita dari Pendeta Desiana Rondo Effendy dari GMIT Maranatha Oebufu – Klasis Kota Kupang Timur , Sabtu (30/9/2023.
Taat Dalam Kata Dan Tindakan
Matius 21:28-32
Pengantar
Perumpamaan adalah cara yesus menjelaskan secara sederhana apa yang mau disampaikan kepada murid muridnya. Dalam bukunya the parable of jesus (perumpamaan perumpamaan dari Yesus) Joachim Jeremias mengatakan perumpamaan itu berbicara tentang kebaikan Allah – kebaikan terhadap mereka yang kekurangan, kebaikan terhadap mereka yang berada di tempat paling rendah/diremehkan. Perumpamaan tentang dua orang anak dengan karakteristik yang berbeda mau mengingatkan kita catatan hidup relasi dan tanggung jawab sebagai keluarga Allah. Dalam bulan keluarga, GMIT mengajak kita mempererat persatuan keluarga sebagai familia dei. Pesan pendidikan dan pengajaran menjadi nasihat yang menuntun kita hidup dalam harmonisasi bersama keluarga. Perumpamaan tentang dua orang anak mengingatkan para murid, ahli Taurat dan orang-orang Farisi supaya mereka percaya pada kebenaran dan kuasa Allah. Dimulai dengan pengajaran Yesus di bait Allah ketika ahli taurat dan orang farisi menanyakan dengan kuasa apa yesus melakukan karya dalam pelayanannya, (matius 21:23-27) maka mulailah Yesus mencerahkan pikiran mereka dengan menggali pemahaman mereka lewat perumpamaan seorang yang mempunyai dua anak laki laki yang diberikan tugas untuk pergi dan bekerja di kebun angur. Jawaban dari kedua anak laki laki ini berbeda. Itulah karakteristik dari dua orang yang berbeda yang dibesarkan dalam satu rumah oleh orang tuanya (ayah dan ibunya). Terlihat sangat patriakhal karena yang disampaikan di sini adalah tangung jawab besar seorang ayah terhadap anak anaknya,, tetapi dalam membaca dengan kaca mata yang baru ayah di gambarkan dalam tugasnya sebagai ibu yang merawat (orang tua yang bertanggung jawab bersama dalam merawat hidup dan persekutuan). Ada kendala bagi orang tua dalam mendidik dan mengajar anak anak dalam rumahnya. Dan peran orang tua dalam hal ini menentukan arah pikiran anaknya dalam mengambil keputusan. Mari kita melihat lebih lanjut penjelasan perumpamaan dua anak laki-laki dalam bacaan matius 21:28-32 untuk menjadi anak yang taat dalam kata dan tindakan.
Penjelasan Teks
Matius 21:28, di mulai dengan sebuah pertanyaan yang mengajak orang untuk mengemukakan pendapatnya. “Tetapi apakah pendapatmu tentang ini. Mulailah dinarasikan tentang seorang yang mempunyai dua orang anak laki-laki dan memberikan tugas kepada mereka untuk bekerja di kebun anggur. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata : Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur.”
Ayat 29: ada sambutan dari pendelegasian tugas yang diberikan orang tua/bapa kepada anaknya. Anak sulung menjawab dengan pasti. Baik bapa, tetapi ia tidak pergi.
Ayat 30: kita melihat dalam teks ini pendelegasian tugas yang sama dari bapa kepad anak yang kedua . di ayat 29 di jelaskan bapa itu berkata kepada anak yang sulung dan di ayat ke 30 dikatakan lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata yang sama pergilah bekerja di kebun anggur dan ia mendapatkan jawaban yang berbeda dari anak kedua ( dapat dikatakan disini anak bungsu dengan asumsi ada dua anak laki-laki ), aku tidak mau. Dan ada kata kecil yang menyambung untuk menjelaskan aksi si anak kedua “ tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga”.
Ayat 31, Dimulai dengan sebuah pertanyaan yang memberi kesempatan bagi mereka untuk menjawab pertanyaan dari cerita dua anak laki-laki : “Tetapi apakah pendapatmu tentang ini”. Pertanyaan inilah yang mendorong para murid-Nya, dan juga para ahli Taurat dan orang-orang Farisi untuk mengemukakan pendapat mereka. “ Siapakah diantara kedua anak ini yang melakukan kehendak ayahnya?” dengan realistis mereka menjawab “Yang Terakhir”. Yang awal menjadi yang terakhir dan yang terakhir menjadi yang pertama. Yesus memulai pengajaran-Nya dengan sangat baik. Suatu pengajaran yang membuka pemikiran mereka. Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Mengapa? Bukankah mereka, para pemungut cukai dan para perempuan tuna susila itu, hidup bergelimang dengan kejahatan dan dosa? Mereka, para pemungut cukai dan para perempuan tuna susila itu, hidup bergelimang dengan kejahatan dan dosa, pada masa lalu mereka. Mereka inilah yang digambarkan sebagai anak yang kedua. Yaitu anak yang semula menolak perintah orang tua, tetapi setelah disadarinya bahwa ia mendukakan hari orang tuanya, lalu ia pergi dan bekerja di kebun anggur orang tuanya. Ini bicara tentang “metanoia” = pertobatan. Demikianlah mereka, para pemungut cukai dan para perempuan tuna susila itu, setelah mereka duduk bersama dengan Dia dan mendengarkan Firman-Nya, maka mereka lalu bertobat karena sudah membuat hati Tuhan berdukacita sangat dalam. Mereka percaya kepada-Nya. Bahwa Dia, Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah Bapa, adalah Mesias dan Juru selamat dan mendapat perkenan Allah Bapa untuk masuk di Kerajaan Sorga. Sementara itu, anak yang pertama yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus adalah para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mereka lebih taat melakukan hukum Taurat dan warisan nenek moyang. Mereka menolak Dia yang di utus Bapa. Yesus mengatakan bahwa anak bungsu itu akhirnya sadar betapa jahatnya dia dan ada transformasi / perubahan dari dalam dirinya sendiri . penyesalan itulah yang membawanya kepada perubahan hidup melalui pertobatan . Dia pun bertobat dan mengerjakan apa yang dikehendaki oleh bapanya. Dia bertindak dengan taat setelah sadar akan dosa-dosanya. Sedangkan si sulung tidak mengerjakan kehendak bapanya. Dia tidak melakukan karena dia merasa telah melakukan apa yang perlu untuk kerohaniannya. Dia melakukan apa yang dia pikir harus dia lakukan dengan pembenaran dirinya sendiri Tetapi dia tidak memeriksa diri bahwa Allah telah membenarkan kita yang berdosa untuk hidup dalam kasihNya.
Refleksi dan Aplikasi
Dari cerita pendelegasian tugas seorang ayah kepada dua anak laki lakinya kita belajar merefleksikan 2 hal yang penting :
Belajar kerendahan hati, bahwa kata dan tindakan harus sama, itulah integritas. Jangan bicara lain buat lain dari apa yang disampaikan.
Sadari diri bahwa pembenaran itu otoritas Allah dan di butuhkan kejujuran untuk menyadari keterbasan dan keberdosaan kita dalam penyesalan. Pertobatan adalah kunci pembaharuan hidup untuk kembali kepada ketaatan. Jadilah anak yang taat dalam kata dan perbuatan.
Selamat mempersiapkan khotbah buat kita semua. Salam hangat dan doa dari Kottayam India bagi kita semua. Selamat memasuki bulan keluarga GMIT.(FKK03)